Gerakan OHTB (One House Ten Biopori): Solusi Cerdas Mengatasi Banjir di Wilayah Perkotaan


Banjir merupakan salah satu bencana alam yang tidak dapat diprediksi kedatangannya. Di Indonesia, banjir merupakan salah satu fenomena yang menjadi tamu dadakan setiap tahunnya. Banjir terjadi karena tingginya air limpahan dan rendahnya air hujan yang meresap ke dalam tanah akibat rusaknya vegetasi atau hutan serta kurangnya peresapan air. Hal yang paling mendasar untuk mengantisipasinya yaitu dengan meningkatkan jumlah air yang meresap ke dalam tanah, khususnya diwilayah pemukiman padat penduduk, seperti di kota-kota besar.
Penanggulangan banjir sudah selayaknya digalakan oleh masyarakat. Salah satu teknologi yang sudah berkembang untuk penanggulangan banjir yaitu lubang biopori. Biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal kedalam tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman 80-100 cm. Lubang biopori yang dibuat sedalam 100 cm dengan diameter lubang sekitar 10 cm dapat menampung air sebanyak 0,03 m3 (30 liter). Sampah organik yang ada di halaman rumah dapat dibunag ke dalam lubang ini. Serasah organik yang dapat ditampung oleh lubang biopori sedalam 100 cm dengan diameter lubang sekitar 10 cm tersebut sebanyak 2,0 – 3,2 kg bahan segar. Dalam waktu sekitar 21 hari, bahan organik segar dalam lubang biopori ini dapat menjadi pupuk kompos bagi tanaman. Beberapa fungsi lubang biopori, diantaranya:
  1. Meningkatkan resapan air ke dalam tanah, sehingga dapat mengurangi air yang mengalir di permukaan tanah yang berpotensi menimbulkan banjir. Air resapan ini juga dapat berfungsi sebagai cadanagn air dalam tanah utnuk masyarakat.
  2. Mengatasi sampah karena dapat mengubah sampah organik menjadi kompos.
  3. Menyuburkan tanah. Sampah dedaunan, dari pada dibakar, akan lebih bagus dimasukkan dalam lubang ini, sehingga sampah daun akan busuk dan dapat menyuburkan tanah. Lubang akan lebih baik lagi bila dibuat di sekitar pohon buah, pohon peneduh, akan membantu menyuburkan tanaman.
  4. Mengatasi masalah timbulnya genangan air penyebab demam berdarah dan malaria. Biasanya di tanah lapang, seperti halaman rumah, lapangan bola atau fasilitas olahraga yang masih belum di semen, ada bebarapa tempat yang air sulit meresap. Biopori dapat dibuat di tempat tersebut dan membantu meresapkan air ke dalam tanah. Kehadiran lubang resapan biopori secara langsung akan menambah bidang resapan air, setidaknya sebesar luas kolom atau dinding lubang.
  5. Terhindar berbagai jenis penyakit. Tumpukan sampah yang dibuang terbuka dan telah membusuk, akan mengundang berbagai penyakit dan penyebarnya seperti lalat. Bila sampah rumah tangga seperti sisa makan, sayuran atau dedaunan lain dimasukkan ke dalam lubang yang tertutup, akan mengurangi atau mencegah penyakit.
 iii
Gambar 1.  Biopori
Sumber gambar : www.biopori.com
Gerakan sederhana yang berdampak global dan jangka panjang perlu dilakukan oleh masyarakat dalam uapaya penanggulangan banjir. Salah satunya yaitu gerakan OHTB (One House Ten Biopori) ini, dimana setiap rumah harus membuat 10 lubang biopori di sekitarnya. Mengingat teknologi lubang biopori  sangat sederhana, mudah dibuat, dan berdampak luas bagi lingkungan, gerakan ini perlu disosialisasikan dengan baik dan merata kepada masyarakat terutama yang tinggal di perkotaan. Jika gerakan ini bisa diaktualisasikan, maka setiap rumah warga yang padat penduduk seperti diperkotaan akan terbebas dari ancaman banjir. Selanjutnya dapat mendukung upaya pemerintah dalam mengatasi banjir yang sudah menjadi momok biasa di setiap musim penghujan, mengatasi permasalahan klasik seperti sampah yang menggunung, dan upaya pelestarian lingkungan.
By: Dhany Pangestu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About us