Layout Galery





Read More »

Foam Bitumen Sebagai Solusi Perbaikan Jalan untuk Mewujudkan Kota Cilacap sebagai Kota Industri yang Unggul

Lolos Menjadi Delegasi dalam Young Engineers and Scientist Summit (YESS) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya

Abstrak

Foam Bitumen Sebagai Solusi Perbaikan Jalan untuk Mewujudkan Kota Cilacap sebagai Kota Industri yang Unggul

Oleh: Dhany Pangestu

Pada tahun 2011 hampir 90% jalan kabupaten di kota industri Cilacap, Jawa Tengah rusak. Bahkan dari sekitar 1.010 km panjang ruas jalan di wilayah tersebut, lebih dari 50% kondisinya rusak parah. Kerusakan terjadi akibat tingginya angkutan barang dari truk-truk pengangkut hasil industri seperti semen, BBM dan batu bara yang keluar masuk wilayah Cilacap. Padahal mayoritas jalan di Cilacap merupakan jalan kelas III, tetapi dilewati oleh kendaraan besar industri. Hal ini juga merusak jalan yang menuju tempat wisata seperti ke pantai Teluk Penyu. Ditambah lagi saat ini Cilacap sedang membangun PLTU 2 Cilacap yang terletak di Kecamatan Adipala yang merupakan PLTU terbesar di Jawa Tengah dan akan menyuplai listrik Jawa dan Bali. Sehingga diprediksi jalan di Cilacap akan mengalami kerusakan pada tahun-tahun berikutnya apabila tidak segera dilakukan penanganan serius. Salah satu metode perbaikan jalan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah Foam bitumen. Harapannya dengan solusi ini jalan di Cilacap bisa kembali digunakan untuk mendukung kemajuan perekonomian daerah dan nasional. Foam bitumen adalah perbaikan jalan dengan cara daur ulang lapis perkerasan lama dengan aspal busa. Model ini merupakan salah satu sistem daur ulang campuran dingin yang dapat digunakan sebagai alternatif penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi jalan. Keuntungan menggunakan teknologi ini yaitu dapat mengurangi penggunaan agregat baru dan mencegah penambahan tinggi perkerasan terhadap fasilitas jalan lainnya. Proses pengerjaan pun bisa dilakukan di sentral (in plant) atau di tempat (in place). Teknologi foam bitumen mempunyai nilai ekonomis dan menghemat energi. Campuran foam bitumen yaitu udara, air dan bitumen yang dicampur dengan komposisi tertentu. Foam bitumen dihasilkan dengan cara menginjeksikan air ke aspal panas di dalam foaming chamber. Agar material yang distabilisasi memiliki workabilitas dan retained strength yang tinggi, maka penggunaan foam bitumen harus diikuti dengan penambahan filler aktif (semen/kapur) pada material yang akan distabilisasi. Agar proses pelapisan bisa baik, foam bitumen harus dipastikan dalam kondisi encer. karena pada proses pembuatan foam bitumen digunakan air. Energi panas dari bitumen akan diserap oleh partikel air dan memanaskannya hingga mencapai titik didih 100oC, agar temperatur bitumen menurun. Oleh sebab itu, untuk menghasilkan foam bitumen dengan sifat yang memuaskan, temperatur pemanasan bitumen sebelum dilakukan proses pembusaan harus lebih tinggi dari 1600o C. Sehingga dengan solusi ini dapat mendukung program pemerintah Jawa Tengah yang pada tahun 2014 dicanangkan Jawa Tengah sebagai tahun infrastruktur. Serta mempermudah Bina Marga yang menjadi ujung tombak pembangunan yang harus fokus pada penanganan darurat.

Kata kunci: aspal, foam bitumen, jalan, kerusakan, perbaikan



Read More »

Memaknai Harkitnas: Tak Sekedar Bercermin pada 38.690 Hari yang Lalu


Memaknai harkitnas tak sekedar bercermin pada 38.690 hari yang lalu atau 106 tahun yang lalu. Tetapi merenungkan kembali bagaimana kita sang pemuda, dapat melanjutkan perjuangan pahlawan di masa itu untuk kehidupan yang lebih baik di masa datang. Hanya lewat sebuah organisasi kepemudaan yaitu Budi Utomo, serta sumpah pemuda yang berlandaskan pada hasrat untuk memerdekakan dan mensejahterakan Indonesia, dapat menggeliatkan seluruh rakyat Indonesia untuk bisa bangkit dari keterpurukannya. Sungguh semangat yang bagaikan “Lem”. Sebagai pemuda di zaman yang serba modern ini, kita mempunyai banyak peluang dan kesempatan untuk bisa berpartisipasi dalam rangka memajukan Indonesia. Banyak bidang yang bisa kita cemplungi, misalnya pendidikan, ekonomi, budaya, kesehatan, lingkungan, seni, politik, dan lain-lain. Pelajari dan fokus pada salah satu bidang yang kita tekuni, akan membuat sekelumit perubahan pada Indonesia.
Pepatah mengatakan, “kemajuan negara bergantung pada kualitas pendidikannya”. Jadi, pendidikan adalah salah faktor yang harus mulai kita perhatikan bahkan bisa dibilang dinomorsatukan. Tidak ada orang yang bisa menjadi dokter, arsitek, pengusaha, bahkan presiden, tanpa melalui proses pendidikan. Marilah sobat, pendidikan Indonesia di masa depan ada di tangan kita. Sebagai mahasiswa, ingat lho ya mahasiswa “yang tak sekedar siswa”, kita dipercayai oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai pemuda perubahan bangsa. Akankah amanah itu kita sia-siakan? Ingat sobat itu amanah, amanah itu datangnya langsung dari Alloh. Janganlah menganggap remeh amanah itu. Kita menjadi mahasiswa bukan sekedar kebetulan, punya uang lebih untuk membayar kuliah, ataupun mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah. Tetapi kita sebenarnya telah diberi amanah sebagai mahasiswa olehNya, kita diberiakn tugas untuk memberikan perubahan positif bagi bangsa. Yuk, kita bangkitkan bangsa ini mulai dari pendidikan. Pendidikan di Indonesia saat ini masih kurang ideal. Contoh kecilnya saja misalnya banyak anak putus sekolah karena masalah biaya, bahkan ada yang tidak pernah mengalami pendidikan sekolah khususnya di daerah terpencil dan pedesaan, pendidik yang kurang profesional, dan lain-lain. Bukan hanya itu, kemelut masalah pendidikan kita. Tetapi permasalahan pendidikan sudah merebak dan bercabang banyak. Pemerintahpun dituding sebagai induk sumber permasalahan. Pemerintah terus berupaya membenahi kualitas pendidikan, mulai memberikan beasiswa bagi siswa berprestasi dan kurang mampu, memberikan dana Bantuan Operasioanal Sekolah (BOS), sampai mengganti kurikulum pendidikan nasional seperti yang terjadi saat ini. Berbicara mengenai pendidikan erat hubungannya dengan ekonomi. Yah benar, ekonomi sobat. Sebenarnya Indonesia termasuk negara yang kaya. Kaya akan sumber daya alam, kaya akan budaya, kaya akan kearifan lokal, dan pastinya kaya akan koruptor. Sekali lagi, kaya akan koruptur. Ya Indonesia  memang termasuk dalam 20 negara terkaya di dunia yang masuk dalam anggota G-20. Indonesia juga masuk dalam negara BRIIC (Brazil, Rusia, India, Indonesia, China) yaitu negara-negara yang diprediksi akan berpengaruh di dunia Internasional karena berbagai potensi yang dimilikinya. Lalu kemana menghilang kekayaan Indonesia yang di puja-puja itu? tanyakan sendiri pada bapak-bapak dan ibu-ibu koruptor. Walaupun kaya, tetapi uang dimakan para koruptor untuk menggemukkan perut mereka sendiri. Hasilnya  rakyat yang menderita. Salah satu dampak nyatanya yaitu dana pendidikan yang semakin menciut, sehingga menyebabkan akses dan kualitas pendidikan menurun.
Kita haruslah mempunyai peran yang lebih dibanding para pendahulu kita, dalam upaya membangun dan membangkitkan negeri ini dari keterpurukan. Walaupun sudah merdeka secara tersurat, namun makna tersirat dari kemerdekaan itu sendiri belum makjleb ke hati. Pepatah mengatakan, “Jika kamu ingin merubah dunia, maka lakukanlah perubahan itu mulai dari dirimu sendiri”. Karena kita adalah orang yang terdidik, maka mulailah buat perubahan dari hal pendidikan. Sederhana sobat, belajarlah yang tekun, beranilah bercita-cita tinggi, berorganisasilah, mengabdilah kepada masyarakat, gunakanlah ilmu-ilmu yang telah dipelajari untuk diaplikasikan pada kehidupan mereka, dan berdoalah padaNya karena manusia hanya bisa berusaha. Semoga Indonesia bisa menjadi lebih baik lagi.
Setelah maksimalkan perubahan di bidang pendidikan, hal yang tidak kalah pentingnya yaitu organisasi. Mendengar kata organisasi, tentunya semakin mengingatkan pada harkitnas. Dimana pada waktu itu lahirlah sebuah organisasi bernama yang mempelopori kebangkitan nasional Indonesia. Oleh karena itu, marilah kita berorganisasi. Ada banyak organisasi yang dapat menjalurkan bakat dan potensi kita. Sehingga bakat dan potensi kita dapat tersalurkan melalui jalan yang tepat. Dengan demikian, selama kita menjabat sebagai mahasiswa tidak hanya hardskill saja yang kita peroleh, namun kita juga mempunyai softkill yang akan menjadi nilai plus. Jika semua mahasiswa bersungguh-sungguh dalam menempuh pendidikan serta aktif menyalurkan potensinya melalui organisasi, pasti jalan Indonesia untuk bangkit akan semakin mudah. Agen perubahan tidak hanya mahasiswa tetapi seluruh pemuda Indonesia. Pemuda yang mungkin tidak ditakdirkan menjadi mahasiswa juga turut andil dalam perubahan bangsa, misalnya dengan mengikuti kegiatan karangtaruna. Walaupun dalam lingkup desa, tetapi dengan adanya organisasi karangtaruna dapat menjalurkan aspirasi mereka. Dampak negatif dari pergaulan bebaspun dapat diminimalisir dengan adanya kegiatan positif di karangtaruna tersebut.
Intinya untuk melakukan perubahan demi terwujudnya kebangkitan nasional Indonesia adalah mulai dari diri kita sendiri. Rasa nasionalisme dan kepedulian cinta tanah air haruslah dipupuk sejak dini, dan itu kembali kepada tugas dua malaikat bumi, orangtua kita.
Apakah kita tega membiarkan bumi pertiwi yang elok ini selalu menderita dan air matanya berlinang? Tentu tidak! Janganlah terus berkeluh kesah tanpa adanya tindakan nyata untuk melakukan perubahan. Janganlah pula terus menerus menyalahkan kebijakan pemerintah. Indonesia ini luas sobat, terpisahkan oleh samudra dan lautan yang ganas. Jadi pemerintah untuk mengatur dan menyejahterakan kita semuanya tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Butuh perjuangan, jadi marilah kita dukung dengan berusaha ikut turut serta dalam upaya membangkitkan Indonesia mulai dari hal-hal kecil seperti diatas. Karena Indonesia mempunyai potensi yang sangat luar biasa, salah satunya yaitu diri Anda sang pembaca.
By: Dhany Pangestu

Read More »

BERKACA PADA NEGERI SAKURA: PASAR TRADISIONAL INDONESIA GOES TO INTERNASIONA


Mendengar kumpulan huruf yang menjadi sebuah kata “tradisional” bagi kebanyakan orang mengartikannya sebagai sesuatu yang kuno dan norak, bahkan mungkin mengatakannya primitif. Mau tidak mau kita harus mengakuinya, bahwa tradisional itu sudah ada di peradaban manusia yang pertama kali menginjakkan di bumi Sang Pencipta ini yaitu zaman Adam dan Hawa. Ketika matahari semakin hafal jalur revolusinya, saat bumi tak lelah lagi berotasi, umur dunia dan kehidupanpun semakin bisa dihitung dengan hari. Zaman yang dulunya menulis saja menggunakan ukiran di batu, bertahan hidup dari panas dan dingin hanya di sebuah di gua yang gelap gulita, serta jual beli dilakukan hanya dengan sistem pertukaran barang, kini semuanya bisa dilakukan dengan serba mudah, praktis, dan modern.
Berbicara mengenai jual beli tak lepas dari sebuah tempat pusat jual beli salah satunya yaitu pasar tradisional. Pendam fikiran mengenai pasar tradisional itu adalah pasar yang kuno. Sebenarnya benar ya, tetapi tidak se-kuno itu. Pasar tradisional apabila dibandingkan dengan pasar modern seperti minimarket dan supermarket memang bukanlah pinang yang dibelah dua, tetapi bagaikan air dan api yang notabene sangatlah berbeda.
Kehadiran pasar modern tidak bisa dipungkiri lagi karena zaman memang telah berubah kearah yang serba praktis. Pasar modern semakin menggerus eksistensi pasar tradisional tak terkecuali keunikan dari nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Namun keberadaan pasar tradisional harus tetap dipertahankan, karena masih menggandung segudang nilai-nilai luhur, kearifan lokal, toleransi, kerukunan, dan saling tolong-menolong dalam hubungan jual beli. Pasar tradisional mengajarkan benih mahal kepedulian yang merupakan nilai kemanusiaan.
Menjaga pasar tradisional sama halnya kita melindungi aset berharga bangsa ini. Nilai-nilai yang ada di dalamnya tidak bisa kita dapatkan di pasar modern yang menawarkan sejuta kemerlap konsumerisme. Tidak cukup hanya dengan menjaga eksistensi pasar tradisional kepada masyarakat dalam negeri saja, namun harus dapat mempromosikannya kepada dunia internasional seiring dengan gemuruh ombak globalisasi. Mengenalkan pasar tradisional kepada dunia, artinya juga mengenalkan khas Indonesia secara keseluruhan, meliputi kebudayaan, produk dalam negeri dan nilai-nilai lokal yang tersirat di dalamnya.
Perlu adanya tempat strategis yang dimana banyak terdapat lalu lalang orang asing atau turis di dalamnya. Selain tempat wisata, ada salah satu tempat lain lagi yaitu Bandar Udara (Bandara) internasional. Ya, banguna yang kebanyakan berstruktur baja dan tempat tongkrongan benda bak burung buraq raksasa ini adalah salah satu tempat yang klikuntuk mempromosikan Indonesia. Kenapa? Karena di tempat megah ini banyak terdapat blok-blok yang merupakan tempat jual beli disetiap lantai bandara. Bahkan blok ini lebih banyak dari pada loket-loket maskapai pesawat.
Bandara saat ini sudah seperti bangunan yang kompleks dan terintegrasi. selain pusat jual beli ada juga tempat rekreasinya. Awal bulan Februari 2014 yang lalu saya pergi ke Jepang untuk acara presentasi paper  di Hokkaido University. Sebelum sampai di negeri sakura itu, saya transit dulu di bandara internasional yang terletak di Bangkok, Thailand. Jika dijejerkan dengan keempat bandara internasional di Indonesia yang saya pernah kunjungi yaitu Bandara Juanda (Surabaya), Bandara Sultan Hasanuddin (Makassar), Bandara I Gusti Ngurai Rai (Denpasar), dan Bandara Soekarni-Hatta (Jakarta), Bandara Suvardhabumi ini telah lebih dulu mencuri start dari segi segi kemewahan, kelengkapan fasilitas, dan kebersihannya dari keempat bandara tersebut. Lain halnya dengan Bandara Chitose, Sapporo, Hokkaido, Jepang tempat saya pertama kali menginjakan kaki desa ini di negara maju tersebut. Selain megah dan bersih, tempat ini juga sangat kompleks. Terdapat smile road di lantai 3 yang berisikan boneka doraemon berukuran besar dananime khas Jepang lainnya. Selain itu juag terintegrasi dengan stasiun kereta yang berada di lantai bawah tanahnya. Kecanggihan teknologi di bandara ini sudah tak bisa dipungkiri, memang Jepang adalah sang Rajanya teknologi dunia. Namun dibalik itu semua, Jepang tisdak melupakan budayanya yaitu pasar tradisional yang mereka letakkan di dalam Bandara Chitose ini.
Mari kita bercermin pada Bandara Chitose ini. Sangat jauh berbeda dengan bandara yang saya sebutkan di atas tadi bahkan dengan bandara modern lain di dunia ini. Yaitu terdapat satu blok yang layaknya pasar tradisional, lengkap dengan dagangan tradisonal yang menyajikan produk utama di Hokkaido, yaitu perikanan seperti ikan salmon dan hasil pertanian seperti melon. Mana mungkin pasar tradisional dalam bandara? Bagaimana bisa? Pasti Kotor dan jarang yang beli kan? Jawabnya iya kalau itu pasar tradisional yang di Indonesia. Bukan bermaksud merendahkan negeri sendiri, namun Saya hanya mencoba mengagumi dan memuji kampung halaman Doraemon ini.
Di blok ini, pengunjung bisa menikmati suasana jual beli layaknya di pasar tradisonal Jepang, barang yang dibeli dikemas sangat rapi sesuai khas Jepang. Tempatnya terlihat sangat bersih dan sama sekali tidak menimbulkan bau yang tidak sedap, tidak seperti di pasar tradisional Indonesia. Bahkan ada pula yang menyajikan dagangannya di dalam sebuah bak mobil layaknya di pasar tradisional beneran. Yang menarik tentunya, berbeda dengan suasana di pasar tradisioanl sesungguhnya, di sini yang berlalu lalang adalah para turis sebagai pembeli yang menenteng koper besarnya.
Maha Besar Alloh yang telah menciptakan orang-orang Jepang dengan kecerdasan otak yang luar biasa. Selain unggul dalam bidang teknologi, mereka tidak melupakan budayanya, salah satunya pasar tradisioanal. Bahkan ilham mereka sangat cemerlang sekali, tak pernah terselip dibenak negeri manapun jika mereka akan menempatkan pasar tradisional di dalam bandara kelas internasional.
ii
 Gambar 1. Suasana Pasar Tradisional di Bandara Chitose (www.kompasiana.com)
Gambar diatas merupakan suasana pasar tradisional di Bandara Chitose. Ketiak saya berada disana, benar-benar tidak menyangka kalau itu adalah pasar tradisonal dalam bandara, ya mungkin karena tertutup dengan kemewahan bandara tersebut. Tempat itu memang tidak saya abadikan langsung dengan kamera. Padahal saya sendiri duduk di sekitar blok tersebut, tetapi benar-benar tak menyangka. Jepang, Jepang.
Sebuah ide muncul setelah bercermin kepada negeri tersebut. Jika pendekatan ini diterapkan di Indonesia mungkin juga akan berdampak baik. Tidak hanya mungkin, bahkan pasti akan berdampak untuk mengangkat kembali nama Indonesia di mata dunia dan merenovasi perekonomian negeri ini yaitu dengan sentuhan lokal pasar tradisonal di dalam bandara. Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta), Bandara I Gusti Ngurai Rai, Bandara Sultan Hasanuddin, Bandara Juanda dan   lainnya merupakan beberapa bandara Internasional di Indonesia yang dapat diterapkan pendekatan ini.
Bandara Soetta akan lebih saya soroti untuk diterapkan pendekatan ini. Tidak hanya karena letaknya yang dekat dengan ibu kota negara, namun juga saat ini bandara tersebut sedang mengalami pembangunan yang berkiblat ke bandara terbaik di dunia saat ini, yaitu bandara Incheon di Seoul, Korea Selatan. Paling tidak ada sentuhan khas tradisional yang bisa menambah kekhasan bandara yang katanya nomor 1 di Indonesia ini. Bandara internasional lainnya di Indonesia juga merupakan tempat strategis untuk mempromosikan pasar tradisional dan kekhasan Indonesia pada sebuah deret blok khusus di bagian bandara. Berikut ide Saya mengenai konsep pasar tradisional Indonesia di dalam bandara:
  1. Jika pasar tradisional Bandara Chitose menempatkan mobil sayur untuk menjajakan dagangannya, di Indonesia bisa diganti dengan gerobak sayur dengan aksen bendera merah putih.
  2. Pelayanan jual beli beserta komunikasi dilakukan seperti halnya di pasar tradisional umumnya, tawar menawar secara ramah dan jujur dan tetap loyal pada nilai kepedulian. Sehingga pengunjung asing yang datang akan mengenal nilai-nilai kearifan lokal pasar Indonesia dan gelar Indonesia sebagai negara teramah di dunia tidak hanya berhenti di tulisan media massa saja, tetapi pengunjung bisa membuktikannya sendiri.
  3. Bermacam-macam makanan tradisional khas Indonesia dari Sabang-Merauke beserta jajanannya turut andil dengan kemasan yang menarik dan bersih (belajar dari kemasan makanan Jepang) serta harganya yang terjangkau akan menyeletup hati pengunjung untuk melangkahkan kaki ke tempat yang umumnya di nilai kotor dan becek ini.
  4. Penjual di pasar ini juga akan memakai busana tradisional khas Indonesia dari Bumi Aceh-Negeri kaya raya Papua. Mereka dapat memakai kebaya, batik, pakaian suku dayak, dan lain-lain. Sehingga negeri unik dengan sejuta keberagaman ini dapat dikenal dunia dengan cara yang modern tanpa meninggalkan nilai-nilai lokal yang bersumber dari pasar tradisional.
  5. Semilir lagu khas Indonesia akan memanjakan pengunjung di blok ini, lagu-lagu perjuangan dan lagu-lagu daerah Indonesia ini menjadi teman setia pengunjung saat berbelanja. Lagunya yang indah dan penuh semangat ini diputar lirih namun tetap berasa nilai keindahannya menambah khas pasar tradisional yang akan semakin dikenal baik oelh dunia ini.
  6. Dengan adanya pasar tradisional di blok ini akan memberikan gaya dorong bagi Usaha Kelompok Menengah, Kecil dan Mikro (UMKM) untuk lebih kreatif membuat produk modern dengan balutan lokal yang dapat menjadi daya tarik turis yang sedang berada di bandara tersebut.
Kita sebagai generasi emas bangsa tetap harus belajar merawat Indonesia. Belajar merawat Indonesia tidak hanya merawat dalam konteks lingkungan saja. Namun juga mengarah ke budaya, misalnya melalui pasar tradisional, hal dapat digunakan untuk memperbaiki perekonomian negeri yang tengah tertunduk. Dimuliai dari kita sebagai generasi perubahan negeri yang didambakan, mari kita bersama meluangkan waktu untuk memikirkan negeri ini. Memutar otak untuk mencari jejak solusi atas segala hiruk pikuk permasalahan bangsa.
By: Dhany Pangestu

Read More »

Sekolah Alam Bahari (SAB): Solusi Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pesisir Melalui Pendidikan Konservasi Bahari


Selama ini semua potensi alam yang dimiliki Indonesia baik di hutan, pegunungan, maupun laut banyak yang hasilnya tidak bisa dinikmati oleh masyarakat di sekitarnya. Tangan-tangan asing telah masuk dan menjajah kembali Indonesia. Seakan peristiwa penjajahan beberapa ratus tahun yang lalu, sungguh kisah lama yang terulang kembali. Saat ini mereka menjajah kita dengan cara yang sedikit “halus”, namun masyarakat Indonesia banyak yang tidak menyadarinya. Selain itu, alam Indonesia yang terbentang luas dari Sabang sampai Merauke sedikit demi sedikit mulai mengalami kerusakan. Setiap tahun kerusakan itu bukannya berkurang, justru bertambah banyak. Aset bangsa yang berupa potensi alam yang luar biasa tersebut seharusnya bisa diolah dan dijaga masyarakat supaya hasilnya bisa meningkatkan kesejahteraan mereka. Namun apa daya, keterbatasan ilmu pengetahuan, rendahnya tingkat pendidikan, dan tingginya angka kemiskinan menyebabkan fikiran masyarakat kita tertutup akan hal itu.
Sudah saatnya generasi muda bangsa bangkit dan tidak boleh merasakan hal yang sama seperti kesakitan orang tua mereka. Tidak perlu menggunakan teknologi super canggih, namun berbekal potensi bahari yang dimiliki bangsa ini sebagai ujung tombaknya. Salah satu potensi alam Indonesia yaitu alam baharinya. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki sekitar 17.504 pulau dengan panjang garis pantai 95.181 km, sehingga negara kita memiliki potensi sumber daya wilayah pesisir laut yang besar (Abdullah et al., 1990 dalam Purnobasuki H.,2006). Pengolahan dan pemeliharaan potensi bahari harus terus dilakukan dengan optimal, salah satunya dengan melibatkan generasi muda untuk terjun langsung di dalamnya. Supaya generasi muda di masa mendatang lebih peduli dengan lingkungan dan dapat merawatnya dengan baik.
 Sekolah Alam Bahari
Sekolah Alam Bahari (SAB) merupakan salah satu wadah yang tepat untuk melibatkan generasi muda peduli terhadap alam baharinya. SAB adalah sekolah dengan konsep pendidikan bahari berbasis alam semesta. SAB bukanlah gedung bertingkat dan megah. SAB dapat dibuat secara unik dan natural dengan bangunan sekolah yang hanya berupa rumah panggung. Sekeliling SAB nantinya akan dikelilingi laut, pasir pantai, tumbuhan pantai, dan hiruk-pikuk wisatawan pantai. Sejak dini anak-anak dikenalkan dengan lingkungan kehidupan bahari yang nyata. Kenapa bahari? sebab, perhatian terhadap alam bahari saat ini mulai terlupakan. Kebanyakan yang dipelajari dalam pendidikan adalah alam yang itu-itu saja (monoton). Sehingga perlunya pengenalan alam bahari kepada siswa.
Dalam kehidupannya manusia sangat erat ketergantungannya dengan alam. Apalagi masyarakat pesisir yang terpinggirkan dan jauh dari kota. Perlulah mengenali potensi alam bahari sebagai proses pendidikan cinta lingkungan dan pendidikan konservasi lingkungan. SAB bisa memberikan program untuk para siswanya berupa pelatihan pengolahan rumput laut, budidaya ikan, pemeliharaan mangrove, pelatiahan bahasa inggris supaya siswa bisa berkomunikasi dengan wisatawan asing, konservasi terumbu karang, dan lain sebagainya. Sejak dini, siswa SAB diperkenalkan dengan kegiatan konservasi untuk alam baharinya. Semua proses pembelajaran yang berlangsung di SAB dalam suasana fun learning. Belajar di alam bahari terbuka, tanpa tekanan dan jauh dari kebosanan. Dengan menggunakan konsep fun learning, SAB telah mengubah sekolah menjadi sebuah miniatur kehidupan yang tidak saja natural dan riil, tetapi juga indah dan nyaman. Proses belajar berubah menjadi aktivitas kehidupan riil yang dihayati dengan penuh kegembiraan. Dengan begitu akan tumbuh kesadaran pada anak-anak bahwa belajar adalah asyik dan sekolahpun menjadi identik dengan kegembiraan. Metode pembelajaran yang digunakan untuk mendukung suasana tersebut, yaitu metode Tematik. Dimana suatu tema diintegrasikan dalam semua mata pelajaran. Dengan demikian, pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran bersifat integratif, komprehensif dan aplikatif. Dengan metode ini mereka belajar tidak hanya dengan mendengar penjelasan guru, tetapi juga dengan melihat, menyentuh, merasakan dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap pembelajaran. Sekolah Alam Bahari berusaha membangun kemampuan-kemampuan dasar anak yang membuatnya proaktif dan adaptif terhadap perubahan-perubahan lingkungan  bahari.
By: Dhany Pangestu

Read More »

Gerakan OHTB (One House Ten Biopori): Solusi Cerdas Mengatasi Banjir di Wilayah Perkotaan


Banjir merupakan salah satu bencana alam yang tidak dapat diprediksi kedatangannya. Di Indonesia, banjir merupakan salah satu fenomena yang menjadi tamu dadakan setiap tahunnya. Banjir terjadi karena tingginya air limpahan dan rendahnya air hujan yang meresap ke dalam tanah akibat rusaknya vegetasi atau hutan serta kurangnya peresapan air. Hal yang paling mendasar untuk mengantisipasinya yaitu dengan meningkatkan jumlah air yang meresap ke dalam tanah, khususnya diwilayah pemukiman padat penduduk, seperti di kota-kota besar.
Penanggulangan banjir sudah selayaknya digalakan oleh masyarakat. Salah satu teknologi yang sudah berkembang untuk penanggulangan banjir yaitu lubang biopori. Biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal kedalam tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman 80-100 cm. Lubang biopori yang dibuat sedalam 100 cm dengan diameter lubang sekitar 10 cm dapat menampung air sebanyak 0,03 m3 (30 liter). Sampah organik yang ada di halaman rumah dapat dibunag ke dalam lubang ini. Serasah organik yang dapat ditampung oleh lubang biopori sedalam 100 cm dengan diameter lubang sekitar 10 cm tersebut sebanyak 2,0 – 3,2 kg bahan segar. Dalam waktu sekitar 21 hari, bahan organik segar dalam lubang biopori ini dapat menjadi pupuk kompos bagi tanaman. Beberapa fungsi lubang biopori, diantaranya:
  1. Meningkatkan resapan air ke dalam tanah, sehingga dapat mengurangi air yang mengalir di permukaan tanah yang berpotensi menimbulkan banjir. Air resapan ini juga dapat berfungsi sebagai cadanagn air dalam tanah utnuk masyarakat.
  2. Mengatasi sampah karena dapat mengubah sampah organik menjadi kompos.
  3. Menyuburkan tanah. Sampah dedaunan, dari pada dibakar, akan lebih bagus dimasukkan dalam lubang ini, sehingga sampah daun akan busuk dan dapat menyuburkan tanah. Lubang akan lebih baik lagi bila dibuat di sekitar pohon buah, pohon peneduh, akan membantu menyuburkan tanaman.
  4. Mengatasi masalah timbulnya genangan air penyebab demam berdarah dan malaria. Biasanya di tanah lapang, seperti halaman rumah, lapangan bola atau fasilitas olahraga yang masih belum di semen, ada bebarapa tempat yang air sulit meresap. Biopori dapat dibuat di tempat tersebut dan membantu meresapkan air ke dalam tanah. Kehadiran lubang resapan biopori secara langsung akan menambah bidang resapan air, setidaknya sebesar luas kolom atau dinding lubang.
  5. Terhindar berbagai jenis penyakit. Tumpukan sampah yang dibuang terbuka dan telah membusuk, akan mengundang berbagai penyakit dan penyebarnya seperti lalat. Bila sampah rumah tangga seperti sisa makan, sayuran atau dedaunan lain dimasukkan ke dalam lubang yang tertutup, akan mengurangi atau mencegah penyakit.
 iii
Gambar 1.  Biopori
Sumber gambar : www.biopori.com
Gerakan sederhana yang berdampak global dan jangka panjang perlu dilakukan oleh masyarakat dalam uapaya penanggulangan banjir. Salah satunya yaitu gerakan OHTB (One House Ten Biopori) ini, dimana setiap rumah harus membuat 10 lubang biopori di sekitarnya. Mengingat teknologi lubang biopori  sangat sederhana, mudah dibuat, dan berdampak luas bagi lingkungan, gerakan ini perlu disosialisasikan dengan baik dan merata kepada masyarakat terutama yang tinggal di perkotaan. Jika gerakan ini bisa diaktualisasikan, maka setiap rumah warga yang padat penduduk seperti diperkotaan akan terbebas dari ancaman banjir. Selanjutnya dapat mendukung upaya pemerintah dalam mengatasi banjir yang sudah menjadi momok biasa di setiap musim penghujan, mengatasi permasalahan klasik seperti sampah yang menggunung, dan upaya pelestarian lingkungan.
By: Dhany Pangestu

Read More »

Pendidikan Keterampilan Vokasional Produktif Melalui Model Sheltered Workshop Berbasis Potensi Lokal Daerah Bagi Penyandang Tunarungu

Cerminan Kualitas Pendidikan di Indonesia
Kualitas pendidikan di Indonesia masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan UNESCO yang diluncurkan di New York, indeks pembangunan pendidikan atau education development index (EDI) untuk Indonesia berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia. EDI dikatakan tinggi jika mencapai 0,95-1. Kategori medium berada di atas 0,80, sedangkan kategori rendah di bawah 0,80. Indonesia masih tertinggal dari Brunei Darussalam (peringkat ke-34) dan Malaysia (peringkat ke-65).

Pendidikan bagi penyandang Disabilitas
Pada dunia pendidikan, siswa terbagi menjadi 2 keadaan yaitu siswa normal dan siswa penyandang disabilitas. Salah satu penghambat meningkatnya kualitas pendidikan di Indonesia yaitu kurangnya perhatian pendidikan terhadap penyandang disabilitas tersebut. Penyandang disabilitas terbagi menjadi beberapa karakteristik, salah satunya yaitu tunarungu. Tunarungu yaitu mereka yang mengalami gangguan pada organ pendengarannya yang mengakibatkan ketidakmampuan mendengar, sehingga secara pedagogis diperlukan pelayanan pendidikan dan bimbingan secara khusus. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia mencapai 234,2 juta jiwa dengan jumlah penyandang tunarungu sebesar 2.962.500 jiwa. Tunarungu sama halnya dengan penyandang disabilitas yang lain yaitu merupakan warga negara Indonesia yang berhak memperoleh pendidikan. Pemerintah telah menjamin hal itu pada UUD 1945 pasal 31 ayat 1, yaitu setiap warga negara berhak atas pendidikan. Dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak juga dijelaskan bahwa setiap anak penyandang disabilitas merupakan kelompok anak yang membutuhkan perhatian dan perlindungan khusus. Perhatian terhadap penyandang disabilitas tidak hanya dijamin oelh negara saja, bahkan dalam agama Islam, Alloh tegas banyak memberikan kita perintah untuk menyantuni mereka. Dalam dalam Qs. An-Nuur ayat 61 misalnya, byang artinya: “Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu sendiri…”. Kemudian dalam QS.‘Abasa ayat 1-10, yang intinya Rosululloh SAW telah mendapat teguran dari Alloh SWT karena telah mengabaikan Abdullah Ibnu Umi Ma’tum (seorang tunanetra) yang hendak belajar Islam kepada beliau, saat beliau sedang berdakwah kepada petinggi-petinggi kaum Quraisy di rumahnya. Rosululloh SAW menolak kehadirannya dengan bermuka masam dan berpaling tidak menanggapi keinginannnya untuk meminta pengajaran dan pengetahuan tentang agama Islam kepada beliau. Setelah mendapatkan teguran dari Alloh SWT, Rosulullah SAW pun mencari Abdullah Ibnu Umi Ma’tum kemudian memberikan dan pengajaran tentang keislaman.
            Hal ini menandakan bahwa kita tidak boleh mencela penyandang disabilitas dan harus memberikan pelayanan terbaik sesuai dengan kebutuhan mereka. Selama ini banyak masalah yang dihadapi oleh penyandang disabilitas diantaranya masalah kesehatan, pekerjaan, perhatian dan partisipasi masyarakat, serta pendidikan. Pendidikan anak tunarungu di Indonesia masih mengalami ketertinggalan, diakibatkan oleh rendahnya pengetahuan dan wacana guru yang tidak memahami kondisi dan kebutuhan anak tuna rungu.


Penyandang Tunarungu di SLB Semarang yang Berprestasi di Bidang Tata Kecantikan 
(Dokumentasi ketika penulis mengikuti Future Leader Summit 2013)

Pendidikan Keterampilan Vokasional produktif melalui model Sheltered Workshop
Pendidikan vokasional merupakan model pendidikan yang cocok bagi penyandang tunarungu, karena berorientasi pada kesiapan kerja lulusannya. Pendidikan keterampilan vokasional di SLB di Indonesia masih kurang berkembang dengan baik. Keterbatasan sarana dan prasarana serta sumber daya bahan baku yang sulit didapatkan karena tidak berasal dari daerah tersebut, merupakan beberapa hal penyebabnya. Sehingga lulusan SLB, sulit mendapatkan pekerjaan dan menjadi pengangguran. Penulis memberikan solusi adanya pendidikan keterampilan vokasional produktif melalui model sheltered workshop berbasis potensi lokal daerah bagi penyandang tunarungu. Harapannya penyandang tunarungu dapat mempunyai keterampilan vokasional dengan memanfaatkan potensi sumber daya lokal daerahnya. Sehingga berdampak pada lulusan SLB yang unggul, mandiri, dan dapat membantu pemerintah (pemerataan pendidikan, mengurangi angka pengangguran, dan kemiskinan).
Kelebihan pendidikan vokasional yaitu peserta didik secara langsung dapat mengembangkan keahliannya disesuaikan dengan kebutuhan lapangan atau bidang tugas yang akan dihadapinya. Konsep pengembangan model pembelajaran vokasional produktif dikembangkan oleh Pollway (1993), dan Clark (1990) secara hirarkis untuk penyandang disabilitas, dan berdasarkan pada functional teory, yang menurut Brembeck (1973), dalam penelitian peserta didik diposisikan sebagai variabel dependent dan bukan sebagai subjek yang mengarahkan langsung pada perlakuan (treatment). Sedang bagi guru diposisikan sebagai variabel dependent, dimana mereka dapat mengontrol dan mempengaruhi kegiatan secara langsung. Dengan konsep demikian, maka diharapkan terciptanya model pembelajaran yang efektif dan adaptable bagi penyandang disabilitas khusunya tunarungu.
Sheltered workshop dapat diartikan kerja/pelatihan  khusus. Konsep sheltered workshop yaitu dimana subjek diberikan materi keterampilan, lalu diberikan pelatihan langsung oleh pelaku usaha terkait, dan kemudian didukung oleh lembaga pendukung usaha. Diharapkan subjek mempunyai keterampilan sesuai dunia kerja yang dibutuhkan dan produknya dapat langsung dipasarkan. Konsep pendidikan berbasis keunggulan lokal, diartikan sebagai proses pendidikan yang didesain sedemikian rupa, sehingga outcome yang dihasilkan memiliki kemampuan yang cukup, bukan hanya mengidentifikasi, melainkan memanfaatkan keunggulan lokal untuk kepentingan kemajuan diri, daerah, maupun masyarakat secara luas.
Pendidikan keterampilan vokasional produktif bagi penyandang tunarungu dapat integrasikan dalam pembelajaran keterampilan di SLB. Selama di SLB, mereka hanya mendapatkan sedikit keterampilan dan beberapa tidak dapat disesuaikan dengan keadaan tempat tinggal mereka yaitu terkait kebutuhan bahan baku serta sarana dan prasarana. Potensi lokal daerah adalah salah satu faktor penentu keberlanjutan dari pendidikan keterampilan tersebut. Sebab setelah pasca SLB mereka diharapkan mampu mengolah dan memasarkan potensi daerahnya yang dapat dijadikan sebagai output akhir pendidikan keterampilan. Jadi pendidikan keterampilan yang ada di SLB haruslah diintegrasikan dan disesuaikan dengan potensi daerahnya, sehingga sumber bahan baku serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan mudah didapatkan. Kendati demikian kemampuan dasar yang telah diperoleh penyandang tunarungu seperti kemampuan mengukur, pengenalan bentuk, pengenalan warna, membedakan halus dan kasar, dapat dijadikan modal awal dalam pendidikan keterampilan ini. Selain mendapatkan peragaan keterampilan secara langsung (demonstrasi) dan langkah-langkah kerja visual (somatik), mereka juga mendapatkan informasi dan dukungan dalam promosi, pameran. dalam pemasaran hasil karya. Perlu perubahan dalam pendidikan keterampilan di SLB bagi tunarungu, beralih dari tuntutan penguasaan teknologi menjadi pemanfaatan potensi lokal daerah. Misalnya di SLB mereka dilatih oleh guru dalam pencucian mobil, dan setelah lulus diharapkan dapat mencari pekerjaan atau menciptakan lapangan kerja sesuai  kompetensi tersebut. Namun dalam kenyataannya tidak semua penyandang tunarungu berasal dari golongan mampu dan bisa membeli peralatan pencucian mobil, dan peralatannyapun sulit diperoleh. Dalam hal mencari pekerjaan tidak semua orang bersedia menerima tenaga kerja dengan kondisi tunarungu. Hal inilah yang menjadi permasalahan mendasar pendidikan keterampilan di SLB kurang menghasilkan output yang maksimal. Sehingga harus diubah kedalam pemanfaatan potensi lokal daerah. Misalnya saja di dareah Adipala, Cilacap, Jawa Tengah yang masyarakatnya kebanyakan penghasil batu bata merah. Di SLB di sekitar Cilacap, pendidikan keterampilan vokasionalnya untuk siswa tunarungu haruslah dilatih bagaimana cara membuat adonan batu bata, mencetaknya, sampai memasarkannya. Dengan konsep sheltered workshop (pelatihan khusus) siswa pertama kali diberikan materi mengenai keterampilan pengolahan batu bata oleh guru, lalu diberikan pelatihan langsung oleh pelaku usaha batu bata (misal masyarakat dibantu oleh guru), dan kemudian didukung oleh lembaga pendukung usaha batu bata tersebut (missal truk usaha pengangkut batu bata).

Implementasi Terhadap Pembelajaran
Implementasi pendidikan keterampilan vokasional produktif melalui model sheltered workshop berbasis potensi lokal daerah ini, yang perlu dilakukan pertama kali adalah pendekatan program. Menurut Winarno (2000), Pendekatan  program  adalah  cara  kita  didalam  mengembangkan program atau bahan materi. Mengingat anak tunarungu memiliki keterbatasan pendengaran, maka guru harus merancang pembelajaran seinovatif mungkin sehingga, siswa dapat menerima pelajaran dengan lebih mudah.
Penyusunan bahan materi pelajaran perlu mendasarkan pada :
a.       Pendekatan kesiapan kerja
Guru harus menyusun setiap materi supaya dapat langsung dipraktekkan di kehidupan nyata, yang dijelaskan dengan demonstrasi dan somatik agar tidak menimbulkan pemikiran yang abstrak bagi siswa, karena anak tunarungu memiliki keterbatasan dalam pendengaran. Dengan demikian penyusunan materi pelajaran hendaknya mendekati pada kehidupan sehari-hari, dan potensi daerahnya sehingga berorientasi pada kesiapan kerja.
b.      Pendekatan multi dimensional 
Pembentukan  totalitas 3 ranah kemampuan meliputi
1.      Kognitif berupa konsep, fakta, data, teori, dan pengertian.
2.      Afektif  berupa nilai, sikap, norma, dan moral.
3.      Psikomotor berupa tata cara, prosedur, aturan, dan perilaku.
Ketiga ranah tersebut harus diterapkan secara seimbang, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Sehingga  siswa tunarungu dapat menerapkan dengan baik keterampilan yang mereka peroleh dari SLB untuk daerahnya.

Implikasi Terhadap Penyandang Tunarungu
Implikasi terhadap penyandang tunarungu dalam pendidikan keterampilan vokasional produktif melalui model sheltered workshop berbasis potensi lokal daerah ini dapat dijadikan sebagai strategi pendidikan keterampilan vokasional dalam tahapan belajar konkret untuk penyandang tunarungu. Mengingat pendidikan vokasional yang ada belum merambah kepada potensi lokal daerah sehingga menyebabkan sarana dan prasarana serta bahan baku sulit didapatkan, maka perlu adanya pendidikan keterampilan vokasional melalui model sheltered workshop berbasis potensi lokal daerah untuk mengasilkan lulusan  tunarungu SLB yang siap kerja, mandiri, dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri, dan memanfaatkan keunggulan lokal untuk kepentingan kemajuan diri, daerah, maupun masyarakat secara luas.

Kesimpulan
Model sheltered workshop berbasis potensi lokal daerah ini sangat efektif dan efisian untuk memenuhi kebutuhan penyandang tunarungu di SLB  dalam meningkatkan keterampilan vokasional produktif. Pendekatan dalam pembelajaran ditekankan pada metode demonstrasi dan somatik yang menekankan pada gerak visual, sehingga mudah dipahami dan diikuti subyek. Kemampuan dasar penyandang tunarungu seperti kemampuan mengukur, pengenalan bentuk, pengenalan warna, membedakan halus dan kasar, dapat dijadikan modal awal dalam pendidikan keterampilan.

Saran

Perlunya lembaga pendukung kegiatan dalam menyediakan modal kerja atau dalam promosi-promosi, pameran dan pemasaran produk. Selain itu, pemerintah daerah perlu memberikan pembinaan dan dukungan modal ataupun fasilitas usaha yang dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan atau berusaha secara mandiri dan berkelanjutan.





Tiga Penyandang Disabilitas di SLB Semarang yang Berprestasi di Bidang Menyanyi
(Dokumentasi ketika penulis mengikuti Future Leader Summit 2013)


Karya: Dhany Pangestu


Read More »

KETIKA ILMU TAK KENAL HARTA


Aku adalah anak laki-laki dari keluarga sederhana, bahkan mungkin sangat sederhana di sebuah desa tepi laut di Jawa Tengah. Ya keluargaku memang sederhana, terdiri dari 4 orang yaitu bapak, ibu, Aku, dan adik perempuanku. Saat ini Aku sedang menempuh pendidikan dijenjang kuliah awal semester enam di perguruan tinggi negeri di Indonesia, adikku duduk dibangku SMP kelas tujuh. Bapakku entah dimana, aku dan keluargaku tidak mengetahui keberadaan dan kabarnya. Info terakhir yang kami terima beliau berada di Kalimantan Timur bekerja mencari burung diajak oleh temannya. Ada kabar lagi kalau beliau bekerja sebagai buruh bangunan. Entahlah apapun yang dikerjakan bapak disana dan dimanapun beliau berada, kami tetap mendoakannya. Bapak sudah pergi meninggalkan keluarga semenjak Aku duduk di bangku SMA kelas sepuluh.
Ibu saat ini bekerja sebagai buruh pencetak batu bata di tempat tetangga. Walaupun sudah tua, ibu tetap tahan dengan panasnya sengatan matahari di bumi tropis ini, bahkan dari terbit sampai terbenam untuk mencari sesuap rezeki yang halal bagi Aku dan adikku. Seribu cetakkan batu bata dihargai sekitar Rp 23.000,00. Dan untuk mendapatkan seribu cetakan batu bata itu, ibu membutuhkan waktu yang tidak sebentar, yaitu sekitar lima jam. Apabila tidak ada yang membutuhkan, biasanya beliau  menjadi buruh cuci baju di tempat saudara. Inilah sepenggal kisah hidupku meraih mimpi, ketika ilmu tak lagi mengenal harta benda. Perjuangan anak desa untuk memeluk mimpinya.
Flash back ke 14 tahun silam. Pagi itu di rumahku terdengar suara tangisan anak kelas satu SD. Ya itu suara rengekkanku yang tidak mau berangkat sekolah.
“Aku ga mau berangkat sekolah Pak, kalau tidak ditemani ibu,” rengek manjaku.
“Jangan manja! Ayo, sini bapak pakaikan bajunya! Kalau tidak mau bapak pukul lho!” suara keras bapak menggelora sampai ke rumah tetangga.
Sembari menjinjing seragam merah putih, bapak mendekatiku dengan wajah kesal. Seketika itu Aku langsung lari menghindar dari tangan besar bapak.
“Plek!” tangan bapak mendekap tubuhku, memakaikan baju putih itu pada tubuh mungil tak berdaya yang sedang menangis manja. Aku berusaha untuk lepas darinya, dan akhirnya berhasil. Namun selang beberapa detik, bapak menangkapku kembali dan melemparkanku ke lubang kotak berukuran 2x2m depan rumah yang berisikan air keruh hujan tadi malam. Namun sebelum Aku dilempar terjadi perlawanan bapak dan ibu.
 “Bruk!” ibu tersengkur jatuh ke lantai bersamaan dengan dagangan nasi rames yang sedang beliau bungkus untuk dijual, dan “Byur!” Aku dilempar bapak, tangisankupun meledak seketika.
“Pak, yang sabar ya…anak kita masih kecil…jangan terlalu keras padanya.” rintihan suara ibu kepada bapak yang lembut berbalut air mata.
 “Ga usah ikut campur kamu! urusi saja daganganmu itu!” Ancam bapak dengan melesatkan tangan besarnya ke leher ibu dan berusaha menceciknya. Kali ini bom tangisan kedua meledak dari ibuku. Sesak nafas dan desah tangis mengguyur gubug kami.
“Tolong…tolong…” Sang wanita pahlawanku itu ketakutan.
“Mun.. jangan lakukan itu, itu istrimu!” tetangga samping rumahku memanggil nama bapak dan langsung menolong Ibu dari cekikannya. Ibu tersungkur untuk kedua kalinya ke lantai rumahku yang hanya cor-coran itu. Sungguh iba melihatnya.
Begitulah bapak dan ibuku sering bertengkar semenjak Aku masih kecil. Banyak hal yang menjadi bahan adu mulut mereka, karena kenakalanku waktu kecil dan pastinya masalah utama yaitu ekonomi keluarga. Bahkan saat Aku kelas tiga SD, Ibu hampir mendapatkan goresan parang tajam pada lehernya karena bertengkar dengan bapak. Peristiwa yang pedih ketika mencoba mengenangnya. Terbentuklah pribadi ini yang pendiam, pemalu dan tidak percaya diri karena keluarga seperti itu. Sudahlah, waktu kian berjalan lebih cepat, Aku dan adikku besar di tengah keluarga ini, sampai sekarang.
***
Bumi berotasi memberikan kesempatan bagiku untuk mengenyam pendidikan di Kalimantan Selatan. Semester satu di kelas satu SD telah Aku lewati, Bapak memutuskan untuk pergi ke Kalimantan mengadu nasib disana. Fikirnya mungkin rezeki keluarga kita berada di pulau terbesar ketiga di dunia itu. Beliau membawa ibu dan Aku. Ya Aku melanjutkan semester dua kelas satu SD di Kalimantan Selatan di sebuah SD kecil yang menghadirkan siswa-siswa dari berbagai suku di negeri ini, karena memang mereka juga pendatang. SD ini jauh dari tempat tinggal kami, 3km berjalan kaki. Menyusuri hutan, bertemu babi liar, dan banjir di jalan itu hal yang biasa. Biaya sekolahnya murah hanya Rp 100,00 lain halnya ketika Aku sekolah di Jawa yang relatif mahal menurut penilaian keluargaku, mungkin bagi keluarga yang lain sebaliknya. Kamipun berjuang disana.
“Teng…teng…teng…” bunyi lonceng sekolah tua itu memecah keheningan siswa. Waktu istirahat tiba, dan siswapun berebut keluar kelas dari lantai kayu tersebut.
“Rambutan…rambutan…mainan…mainan…” itu suara Ibu ketika menjajakan dagangannya di depan SD tempatku bersekolah. Ya ibu berjualan sembari menemaniku.
Setiap hari ibu menggendongku sejauh 3km untuk sampai di sekolah, sambil membawa barang dagangannya. Berangkat pagi sudah kebiasaan kami. Mungkin Aku akan tinggal menetap di Pulau Borneo ini sampai waktu yang tak pernah kuduga sebelumnya. Ternyata setelah 6 bulan berlalu, Bapak memutuskan untuk pulang lagi Jawa. Alasannya tidak betah. Akhirnya kelas dua SD Aku lanjutkan lagi di Jawa.
***
Gemuruh ombak laut yang hanya beberapa kilometer dari rumahku semakin memberontak. Sampailah Aku ke masa SMA. Bapak sudah pergi ke Kalimantan, adik sudah duduk di kelas II SD. Kata orang, masa SMA adalah masa yang paling menyenangkan. Bagiku sedih dan senang bercampur aduk, bersyukur masih bisa melanjutkan sekolah, di jenjang inipun Aku bisa meraih juara kelas dari kelas X sampai kelulusan. Tak hanya belajar, Aku berjualan makanan, snack, air mineral, kaos kaki, pulsa, dan aksesoris semuanya Aku jajakan. Pernah saat pelajaran BK di kelas XI, sang ibu guru mendekatiku yang memang duduk di belakang.
“dek, kamu jualan apa? Ibu boleh lihat?” Ibu guru BK rupanya penasaran.
“Iya bu, ini jualan makanan, m inuman, nasi, snack, kalau kaos kaki Rp 10.000 dapat 3 bu, dan lain-lain bu.” jika ibu berminat silahkan dipilih bu.
“Oh iya ini ada kaoskaki, kebetulan Ibu sedang butuh, Ibu mau beli” ibu langsung memasukkan tangannya ke dalam plastik tempat kaos kaki dan merogoh selembar uang.
“Sekalian Ibu mau tawarkan kepada guru-guru yang lain, siapa tahu ada yang tertarik juga” imbuh Ibu guru BK tersebut.
Selang beberapa hari kemudian di SMAku ternyata ada pengumuman bahwa akan ada razia kaos kaki yang pendek bagi para siswa dan guru. Seketika itu dagangan kaos kakiku laris manis diserbu siswa, guru, dan karyawan. Alhamdulillah ya Rab. Sembari berdagang untuk menopang ekonomi keluarga, Aku tak lupa belajar, hingga predikat juara kelas paralelpun Aku dapatkan.
***
Matahari semakin hafal dengan jalur revolusinya. Tak terasa waktu tiga tahun di SMA berjalan begitu cepatnya. Melihat kondisi ekonomi yang memang tidak memungkinkan  untuk melanjutkan kuliah, fikiranku terbawa untuk segera mendapatkan pekerjaan dan tidak kuliah. Namun, ternyata Alloh menghendaki hal lain, melalui perantara Pak guruku di SMA. Beliau membantu Aku untuk mendaftar beasiswa S-1 Bidikmisi (beasiswa dari pemerintah untuk siswa dengan keluarga tidak mampu dan berprestasi. Beasiswa ini memberikan kesempatan untuk kuliah sampai semester 8 yang tidak dipungut biaya dan setiap bulannya mendapatkan uang saku).
“Dhan, kamu harus kuliah, percuma kepintaranmu jika kamu tidak kuliah. Apapun jurusannya nanti, yang penting kamu kuliah dulu. Ini ada beasiswa Bidikmisi namanya, jika kamu diterima, kamu akan kuliah dan dapat gelar sarjana, bahkan mendapatkan uang saku setiap bulannya yang lebih dari cukup untuk mahasiswa”. Bujuk Pak guru kepadaku yang saat itu Aku masih sangat polos.
Doa dan usaha adalah senjataku, Ibu, dan pak guruku untuk hal yang satu ini. Tanpa didampingi Bapak, yang memang sudah berada di Kalimantan. Setelah gugur di jalur SNMPTN undangan, atas kehendakNya Aku berhasil lolos di SNMPTN tulis.
“Kring..kring…” bunyi HP jadulku membangunkanku seketika masih duduk beberapa menit setelah sholat maghrib, langsung Aku tekan tombol warna hijau.
“Dhany, selamat kamu lolos SNMPTN tulis jalur Bidikmisi,” saking senangnya pak guru langsung memulai pembicaraan via telepon itu tanpa salam.
“Alhamdulillahhirobbil ‘alamin…” sahutku berdecak kagum akan kebesaranNya. “Terimakasih ya Alloh, Engkau telah memberikanku kesempatan untuk meraih cita-citaku.” Langsung Aku sujud syukur tertunduk dan mengagungkan nama Alloh.
***
Kini Aku bukanlah siswa lagi, tetapi mahasiswa yang dipercaya sebagai agen perubahan bangsaku. Sungguh semua keterbatasan itu adalah salah satu motivasiku untuk bisa meraih sukses, untuk bisa memperbaiki ekonomi keluarga, menjadikan keluargaku sejahtera serta berbagi kebahagiaan terhadap sesama. Dilihat dari latar belakang ekonomi keluargaku yang sangat sederhana itu, secara manusiawi memang rasanya tidak mungkin jika Aku saat ini bisa menempuh pendidikan dijenjang kuliah. Bahkan masa laluku membentuk pribadi ini berbeda dari yang lainnya. Aku sangat bersyukur seorang anak desa dari keluarga sederhana bisa merasakan pendidikan di bangku kuliah. Aku harus pandai bersyukur dan memanfaatkan kesempatan emas ini sebagai jembatan untuk meraih mimpiku yang lain. Aku harus bisa menjadi mahasiswa yang luar biasa, berprestasi, bermanfaat, menginspirasi, dan dapat membahagiakan keluarga serta banyak orang. Salah satu caranya Aku harus mengembangkan potensi yang diberikanNya kepadaku.
            Berawal dari sebuah organisasi keilmiahan tingkat fakultas yang Aku ikuti sejak semester satu. Panggilan hati adalah alasanku mengapa memilih bergabung dengan organisasi ini. Selain bisa belajar softskill mengenai keilmiahan, bahasa, kepenulisan, dan pengabdian masyarakat. Secara tersirat Aku juga banyak belajar dari teman-teman organisasi ini bagaimana menghormati dan menghargai orang lain, berperilaku, kedisiplinan, kerja tim, cara menghadapi masalah, saling peduli, dan hal bermanfaat lainnya yang tdak bisa Aku dapatkan di dalam kelas.
Lewat organisasi inilah Dia memberikanku jalan menjadi mahasiswa yang luar biasa dan bisa meraih citaku seperti yang pernah Aku tuliskan. Mendapatkan prestasi lomba kepenulisan ilmiah di tingkat fakultas, universitas, provinsi, nasional, dan internasional serta Akupun bisa naik pesawat menjelajahi bumi nusantara yang indah, bahkan sampai ke negeri gajah putih Thailand dan negeri sakura Jepang. Aku bisa berbagi pengalaman dan inspirasi dengan teman-teman, mendapatkan banyak relasi, dan mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat yang tidak bisa aku dapatkan di kelas kuliahku. Semoga perjuanganku ini bisa menginspirasi dan memotivasi banyak orang.

“Dream…dream big…feel it, believe it, achieve it, whatever your dreams are…go for it, you will inspire others…”.
Karya: Dhany Pangestu

Read More »

About us